Di atas leher, di bawah leher
James Gwee, motivator bisnis populer, pada sebuah seminarnya mengatakan, jika untuk urusan di bawah leher, kita tidak pernah memperhitungkan berapa uang yang kita keluarkan. Sementara untuk urusan di atas leher, kita seringkali berpikir dua kali untuk keluar uang.
Dijelaskan James Gwee, urusan di bawah leher itu misalnya membeli pakaian, beli handphone, beli makanan, beli aksesoris dan segala kepuasan lahiriah lainnya. Sedangkan urusan di atas leher adalah membeli buku, surat kabar, majalah pengetahuan, beli tiket seminar bisnis, bayar kursus keterampilan, beli video pengetahuan.
Artinya, urusan di bawah leher adalah segala keinginan yang berhubungan kepuasan hawa nafsu. Sedangkan urusan di atas leher adalah kebutuhan ilmu pengetahuan bagi otak kita.
Saya pun kadang demikian.
Kalau ingin makan enak, asal punya uang saya masuk ke restoran cepat saji dan memesan menu yang diinginkan. Tak pandang menu tersebut harganya Rp 50 ribu seporsi (belum termasuk minum). Padahal di luaran (misalnya, warung kaki lima) menu serupa cuma dibanderol Rp 10-15 ribu (termasuk minum). Kenyangnya pun sama.
Melihat handphone (hp) canggih produk terbaru, kepingin juga memiliki. Walaupun harganya Rp 1 juta, tak pikir dua kali, merasa punya uang, dibelilah hp tersebut. Padahal sebelumnya sudah punya hp, namun gengsi karena ketinggalan mode.
Giliran masuk ke toko buku, kerjanya hanya melihat-lihat. Numpang baca gratis seperti di perpustakaan. Soalnya harga buku rata-rata di atas Rp 50 ribu, bahkan ada yang Rp 150 ribu. Daripada keluar uang segitu, mendingan baca gratis, meski kadang diawasi satpam.
Ketika ada kursus kilat sebuah keterampilan atau seminar bisnis, hanya ingin cari gratisan. Daripada bayar ratusan ribu, lebih baik tunggu aja siapa teman yang ikut, kemudian nanya teman apa saja pelajaran yang diberikan.
Saya tersadar.
Urusan di atas leher adalah investasi, karena memberikan ilmu, pengetahuan, wawasan dan pengalaman baru.
Urusan di bawah leher, hanyalah mendapat kepuasan pribadi, gengsi dan gaya hidup.
harry
Dijelaskan James Gwee, urusan di bawah leher itu misalnya membeli pakaian, beli handphone, beli makanan, beli aksesoris dan segala kepuasan lahiriah lainnya. Sedangkan urusan di atas leher adalah membeli buku, surat kabar, majalah pengetahuan, beli tiket seminar bisnis, bayar kursus keterampilan, beli video pengetahuan.
Artinya, urusan di bawah leher adalah segala keinginan yang berhubungan kepuasan hawa nafsu. Sedangkan urusan di atas leher adalah kebutuhan ilmu pengetahuan bagi otak kita.
Saya pun kadang demikian.
Kalau ingin makan enak, asal punya uang saya masuk ke restoran cepat saji dan memesan menu yang diinginkan. Tak pandang menu tersebut harganya Rp 50 ribu seporsi (belum termasuk minum). Padahal di luaran (misalnya, warung kaki lima) menu serupa cuma dibanderol Rp 10-15 ribu (termasuk minum). Kenyangnya pun sama.
Melihat handphone (hp) canggih produk terbaru, kepingin juga memiliki. Walaupun harganya Rp 1 juta, tak pikir dua kali, merasa punya uang, dibelilah hp tersebut. Padahal sebelumnya sudah punya hp, namun gengsi karena ketinggalan mode.
Giliran masuk ke toko buku, kerjanya hanya melihat-lihat. Numpang baca gratis seperti di perpustakaan. Soalnya harga buku rata-rata di atas Rp 50 ribu, bahkan ada yang Rp 150 ribu. Daripada keluar uang segitu, mendingan baca gratis, meski kadang diawasi satpam.
Ketika ada kursus kilat sebuah keterampilan atau seminar bisnis, hanya ingin cari gratisan. Daripada bayar ratusan ribu, lebih baik tunggu aja siapa teman yang ikut, kemudian nanya teman apa saja pelajaran yang diberikan.
Saya tersadar.
Urusan di atas leher adalah investasi, karena memberikan ilmu, pengetahuan, wawasan dan pengalaman baru.
Urusan di bawah leher, hanyalah mendapat kepuasan pribadi, gengsi dan gaya hidup.
harry
1 komentar:
Osh.
kebanyakan memang begitu.
lebih mendahulukan yang di bawah leher, dari pada di atas.
semoga kita bisa semakin belajar, tidak saja hanya di dalam ruangan kelas
Posting Komentar