Rabu, November 19, 2008

Antara Kata dan Kumite ( 2 )

Kihon, Kata dan Kumite. Itulah yang dipelajari dalam Karate dan terus menjadi kurikulum utama hingga sekarang. Meski pada mulanya, latihan Karate lebih mementingkan Kihon dan Kata, seperti dilakukan Gichin Funakoshi terhadap murid-muridnya.

Dari Okinawa dengan misi mempromosikan Karate ke Jepang, Funakoshi membawa 16 Kata, yaitu 5 pinan (heian), 3 naihanchi (Tekki), kushanku-dai (Kanku-dai), kushanku-sho (Kanku-sho), seisan (Hangetsu), patsai (bassai-dai), Wanshu (Empi/Enpi),chinto (Gankaku), jutte (jitte) dan Jion.

Dia terus melatih para muridnya Kata dasar, sebelum mereka menunjukkan kemajuan yang berarti untuk meningkat ke tingkat lanjutan. Pada saat itu tidak kurang dari 40 kata masuk dalam kurikulum, kemudian dimasukkan dalam edisi terbatas “Karate-Do for Specialist” yang merupakan karya monumental dari Shigeru Egami (kemudian menjadi guru besar Shotokai).

Kata Shotokan sebagian besar adalah hasil modifikasi Gichin, baik dari penamaan, misalnya Pinan menjadi Heian, begitupula segi teknik gerakan yang lebih dinamis dan harmonis dari gerak asalnya. Gaya Kata Shotokan ini juga banyak dipengaruhi sentuhan Yoshitaka (Gigo) Funakoshi, putra ketiga Gichin Funakoshi. Jumlah Kata yang dipelajari di Shotokan juga ditetapkan menjadi 26 Kata.

Bagi Gichin Funakoshi, Kata adalah Karate yang sesungguhnya. Ungkapan demikian ada benarnya, karena dalam gerakan Kata mengandung unsur Kihon, teknik beladiri (kerap diaplikasi dalam bentuk bunkai) dan teknik Kumite.

Latihan Kata terus menerus yang diajarkan Gichin dengan aturan hito-kata sanen (tiga tahun mempelajari satu kata), kenyataannya membuat jenuh para muridnya. Sehingga pada tahun 1922, tiga muridnya, Miki, Bo dan Hirayama yang berlatih di Universitas Shichin-Tokudo, berpendapat bahwa berlatih Kata saja tidak cukup. Mereka mulai mengenalkan pertarungan bebas (Jiyu Kumite).

Mereka membuat pelindungan badan dan menggunakan pelindung kepala Kendo di dalam pertandingan. Funakoshi mendengar tentang penyimpangan ini, dan tidak menghalangi usaha yang dia anggap telah mengurangi arti seni beladiri Karate.

Adanya Kumite, sebenarnya juga tak lepas dari ‘dukungan’ Gigo Funakoshi yang kadang melatih teknik Kumite selain melatih Kata. Hironori Ohtsuka (kemudian hari mendirikan Wadokai) semasih di Shotokan (melatih di Universitas Shichin-Tokudo) juga turut berperan meletakkan dasar-dasar Kumite.

Funakoshi menghentikan kunjungannya ke Universitas Shichin-Tokudo. Setelah kejadian tersebut Gichin Funakoshi melarang adanya pertandingan karate. (Tidak pernah ada pertandingan karate hingga ia meninggal tahun 1958).

Faktanya, pertandingan Karate digelar setelah Gichin tiada. Salah seorang murid berbakat Gichin, Masatoshi Nakayama, melaui JKA yang dipimpinnya kemudian menggelar even pertama kali di Jepang tersebut.

-----

Di dalam ketulusannya mengajarkan seni beladiri Karate yang baik dan benar, Gichin Funakoshi bukan tanpa hujatan. Kritik menghina kerap didengar menyangkut ketegasannya dalam aturan mempelajari Kata. Pengkritik mengistilahkan Kata sebagai 'lembut' Karate dan belajar teknik itu merupakan hal yang menyia-nyiakan waktu.

Tak banyak yang tahu bahwa Gichin Funakoshi, sebenarnya tidak pernah kalah saat terpaksa harus bertarung dengan lawan-lawannya.

written by Harry

0 komentar:

Web Hosting


IndoBanner Exchanges